
Cerita Rakyat Batu Angkek-Angkek
KOMPAS.com - Batu Angkek-Angkek adalah batu yang sekilas mirip seperti tembaga atau logam kuningan yang terletak di Nagari Balai Tabuh, Batusangkar, Sumatera Barat. Jika diperhatikan lebih rinci, bentuk Batu Angkek-Angkek ini mirip seperti punggung kura-kura. Disebut Batu Angkek-Angkek karena sejak ditemukan, masyarakat selalu ingin mencoba mengangkat batu tersebut. Kata angkek-angkek dalam Bahasa Indonesia berarti angkat-angkat. Berikut ini asal-usul Batu Angkek-Angkek.
Asal-usul Batu Angkek-Angkek
Kisah tentang Batu Angkek-Angkek diperkirakan sudah terjadi sejak 500 tahun yang lalu. Ceritanya bermula dari sebuah mimpi yang dialami oleh Datuak Bandaro Kayo, kepala kaum Suku Piliang
Di dalam mimpinya, Datuak Bandaro Kayo didatangi oleh Syech Achmad yang berpesan menyuruhnya mendirikan sebuah perkampungan. Karena mendapat amanat itu, Datuak Bandaro Kayo pun mulai mendirikan perkampungan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Palangan.
Saat melakukan pembangunan tiang pertama, tiba-tiba terjadi gempa lokal dan hujan panas serta petir tunggal selama 14 hari 14 malam berturut-turut.
Sebagai upaya mengatasi hal itu, Datuak Bandaro bermusyawarah dengan warga sekitar. Ketika musyawarah berlangsung, terdengar sebuah suara aneh dari lubang pembangunan. Datuak Bandaro Kayo berusaha mendekat dan mendengar pesan bahwa di lokasi pembangunan itu ada sebuah batu yang harus dijaga baik-baik. Diambillah batu itu dan diberi nama Batu Pandapatan atau yang sekarang dikenal sebagai Batu Angkek-Angkek.
Hingga sekarang, batu itu masih memiliki bentuk yang sama seperti pertama kali ditemukan. Namun konon anehnya, beratnya bisa berubah kapan saja. Terkadang beratnya bisa 1 kilogram, 5 kilogram, dan bisa juga 10 kilogram. Konon, batu ini dijadikan sebagai lambang motivasi dan sugesti bagi orang-orang ketika akan melakukan suatu hal.
Mitos tentang Batu Angkek-Angkek ini dipercaya oleh masyarakat Luhak Nan Tuo, terutama yang tinggal di daerah Sungayang. Mereka mempercayai bahwa batu tersebut memiliki kekuatan magis yang dapat meramal nasib seseorang. Umumnya, masyarakat akan mencoba mengangkat batu ini. Apabila berhasil, maka keinginan atau cita-cita orang yang mengangkat batu itu akan tercapai.
Kendati begitu, perlu dipahami bahwa batu ini bukan menjadi penanda terkabul atau tidaknya apa yang diinginkan seseorang. Sekarang, kondisi batu ini masih terjaga dengan baik. Bahkan sudah dijadikan sebagai obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah setempat.
Referensi: Kurnia, Febby Eka. Roberto Monanda. (2015). Folklor Minangkabau: Mitos Batu-Batu dan Cerita Rakyat di Luhak Nan Tuo. Padang: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Rakyat Batu Angkek-Angkek", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/13/140000779/cerita-rakyat-batu-angkek-angkek?page=all.
Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6